BAB 7 Roni Menangkap Sekilas Sosok Cantika

 Siang itu, halaman tengah kampus berubah menjadi lautan suara—tawa, langkah kaki, panggilan teman, dan derap aktivitas mahasiswa yang hilir mudik. Di sudut dekat dinding gedung fakultas, Roni berdiri sambil menenteng map lusuh yang sudutnya sudah melengkung. Posisi itu seperti titik tetap yang sering ia pilih: tidak terlalu mencolok, tapi cukup untuk memperhatikan keramaian tanpa harus benar-benar terlibat di dalamnya.

Rambutnya yang kusut tertiup angin, namun ia tak berniat merapikannya. Jaket abu-abu yang warnanya mulai pudar ia tarik sedikit untuk menahan dingin AC dari lobi yang mengembus keluar. Dari depan, ia terlihat menunduk, seolah menimbang langkah apa yang harus dilakukan setelah ini—menghadap dosen, atau pulang saja seperti biasanya.

Namun, di tengah keramaian yang bergerak seperti arus sungai, matanya tiba-tiba berhenti. Sekilas saja, mungkin hanya satu detik, tapi cukup untuk membuatnya terpaku.

Sosok Cantika melintas tidak jauh di depannya.

Ia tidak melihat seluruh detailnya, hanya serpihan pemandangan—rambut hitam yang terikat rapi, cara langkahnya mantap meski sedang terburu, aura percaya diri yang kontras dengan wajah lelah para mahasiswa yang baru selesai kelas. Cantika tampak seperti cahaya kecil yang memisah kerumunan, bukan karena berusaha tampil menonjol, tetapi karena memang memiliki karismanya sendiri.

Roni menelan ludah tanpa sadar. Bukan karena ia mengenalnya—bahkan nama gadis itu tidak pernah ia dengar sebelumnya. Tetapi ada sesuatu dalam sosok itu yang mengusik hatinya, sesuatu yang membuatnya berhenti mengutak-atik map dan menegakkan tubuh sedikit lebih baik.

Entah apa.

Mungkin karena Cantika tampak seperti bagian dari dunia yang sudah lama terasa jauh darinya—dunia mahasiswa yang masih penuh semangat, harapan, dan mimpi. Dunia yang dulu juga sempat ia miliki sebelum segala hal menjadi berantakan.

Keramaian kembali bergerak, Cantika sudah hilang di antara langkah kaki lain. Namun Roni tetap diam sebentar, menatap ke arah yang sama, seakan mencoba memahami kenapa kehadiran sekilas seseorang bisa membuat dadanya terasa aneh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB 8 Bayangan Cantika pada Erick dan Roni

BAB 2 Roni Mahasiswa yang Belum Lulus